Keinginan untuk memiliki sesuatu sering kali datang lebih cepat daripada kemampuan finansial.
Promo “beli sekarang, bayar nanti”, cicilan tanpa bunga, hingga kemudahan kredit online membuat banyak orang tergoda untuk berutang bahkan untuk hal-hal yang sebenarnya tidak mendesak. Inilah yang disebut utang konsumtif: utang yang digunakan bukan untuk kebutuhan produktif, melainkan untuk kesenangan sesaat.
Tanda-Tanda Terjebak Utang Konsumtif
Sering membeli barang karena “diskon” atau “takut ketinggalan tren”
Bukan karena butuh, tapi karena ingin terlihat update.
Membayar satu utang dengan utang lain
Menandakan arus kas pribadi sudah tidak sehat.
Gaji habis untuk cicilan setiap bulan
Idealnya, total cicilan tidak lebih dari 30% penghasilan bulanan.
Mengandalkan paylater atau kartu kredit untuk kebutuhan harian
Ini pertanda kamu mulai kehilangan kendali atas keuangan.
Dampak Buruk Utang Konsumtif
Menumpuknya bunga dan denda yang membuat total utang membengkak.
Stres dan tekanan mental akibat beban finansial yang terus meningkat.
Terhambatnya tujuan finansial jangka panjang, seperti menabung, investasi, atau memiliki rumah.
Alih-alih membantu, utang konsumtif justru bisa mengikat kamu dalam lingkaran “penghasilan habis untuk membayar masa lalu”. Utang bukan musuh, selama digunakan dengan bijak dan untuk tujuan yang memberi nilai tambah.
Namun, utang konsumtif adalah jebakan yang sering tersembunyi di balik kemudahan transaksi modern.
Bijaklah dalam mengelola keinginan, karena di dunia keuangan, bukan seberapa besar penghasilan yang menentukan, tapi seberapa cerdas kamu mengaturnya.
Memperluas jaringan cabang ke semua pusat kota Indonesia
read moreMempererat hubungan baik dengan perushaan supplier alat produktif, salah satunya...
read moreMelaksanakan kegiatan peduli sesama melalui program CSR "Coorporate Social Resp...
read more