Budaya menabung sudah lama digaungkan, tapi faktanya masih banyak anak muda yang kesulitan melakukannya. Bukan karena tidak mau, tapi karena pesan kampanyenya sering terasa jauh dari gaya hidup mereka. Agar kampanye literasi keuangan, khususnya tentang menabung, bisa efektif, pendekatannya harus relevan dengan tren, platform, dan perilaku generasi digital.
Pertama, gunakan pendekatan storytelling dan influencer marketing. Anak muda cenderung lebih percaya pada kisah nyata atau figur yang mereka kagumi dibandingkan pesan formal. Misalnya, campaign menabung lewat short video challenge di TikTok..
Kedua, kolaborasikan budaya menabung dengan tren digital lifestyle. Banyak dompet digital kini menyediakan fitur “auto-save” atau “tabungan fleksibel” yang bisa diintegrasikan ke kampanye. Contohnya, kampanye “Nabung Otomatis, Hidup Lebih Praktis” bisa dibuat melalui kolaborasi antara fintech dan brand lifestyle yang dekat dengan anak muda.
Ketiga, buat menabung terasa rewarding. Generasi muda suka instant gratification maka konsep gamifikasi bisa jadi solusi. Platform bisa memberi poin, badge, atau cashback setiap kali pengguna rutin menabung. Hal kecil seperti itu bisa memicu kebiasaan besar.
Terakhir, pastikan pesannya ringan, bukan menggurui. Kampanye yang sukses biasanya memakai bahasa yang relate seperti, “Biar dompet gak nyesel pas tanggal tua” atau “Nabung dulu sebelum healing.” Humor, desain visual menarik, dan tone kasual membuat pesan lebih mudah diterima.
Dengan memahami tren dan gaya hidup anak muda, budaya menabung bisa dihidupkan kembali bukan lewat ceramah finansial, tapi lewat pengalaman digital yang menyenangkan dan relevan. Karena pada akhirnya, menabung bukan soal menahan diri, tapi tentang mengatur masa depan dengan gaya yang sesuai zaman.
Memperluas jaringan cabang ke semua pusat kota Indonesia
read moreMempererat hubungan baik dengan perushaan supplier alat produktif, salah satunya...
read moreMelaksanakan kegiatan peduli sesama melalui program CSR "Coorporate Social Resp...
read more