Akses
Pilar pertama dari inklusi keuangan adalah akses. Artinya, setiap orang di kota maupun di pelosok harus punya kesempatan yang sama untuk menggunakan layanan keuangan. Maka dari itu, digitalisasi seperti mobile banking, e-wallet, dan fintech jadi kunci penting agar akses ke layanan keuangan makin gampang, cepat, dan murah.
Pemahaman literasi keuangan
Punya akses saja nggak cukup kalau masyarakat belum paham cara menggunakan layanan keuangan dengan bijak. Di sinilah literasi keuangan berperan besar. Banyak orang masih tergoda investasi bodong, atau asal ambil pinjaman tanpa menghitung kemampuan bayar. Edukasi keuangan membantu masyarakat lebih sadar cara mengelola uang, memahami risiko, dan memilih produk yang sesuai. Kalau literasi tinggi, masyarakat jadi lebih mandiri dan terlindungi secara finansial.
Produk yang relevan
Pilar terakhir adalah produk keuangan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Tidak semua orang butuh layanan yang sama misalnya, petani di daerah, pekerja informal, atau UMKM punya karakter dan tantangan yang berbeda. Lembaga keuangan perlu menghadirkan produk yang fleksibel dan terjangkau, seperti tabungan mikro, asuransi sederhana, atau pembiayaan tanpa agunan besar. Semakin banyak produk yang “nyambung” dengan kehidupan sehari-hari, semakin kuat pula inklusi keuangan di Indonesia.
Inklusi keuangan yang kuat bukan hasil kerja satu pihak saja. Pemerintah, lembaga keuangan, fintech, dan masyarakat perlu jalan bareng. Dengan akses yang mudah, pengetahuan yang cukup, dan produk yang relevan, Indonesia bisa mewujudkan sistem keuangan yang benar-benar inklusif di mana semua orang punya kesempatan untuk tumbuh dan sejahtera.
Memperluas jaringan cabang ke semua pusat kota Indonesia
read moreMempererat hubungan baik dengan perushaan supplier alat produktif, salah satunya...
read moreMelaksanakan kegiatan peduli sesama melalui program CSR "Coorporate Social Resp...
read more