Di Indonesia, jutaan orang bekerja di sektor non-formal mulai dari pedagang kaki lima, pengemudi ojek online, pekerja lepas, hingga pengrajin lokal. Meski peran mereka besar dalam roda ekonomi, akses terhadap layanan keuangan formal seperti pinjaman, asuransi, atau tabungan masih terbatas. Alasannya sederhana banyak dari mereka tidak punya slip gaji, laporan keuangan tertulis, atau jaminan yang biasanya jadi syarat utama lembaga keuangan.
Untuk menjawab tantangan itu, lembaga keuangan kini mulai menghadirkan produk keuangan yang lebih fleksibel dan inklusif. Misalnya, pembiayaan mikro tanpa agunan besar, tabungan dengan setoran ringan, serta asuransi mikro yang premi dan manfaatnya disesuaikan dengan kemampuan masyarakat non-formal. Ada juga platform digital yang membantu mencatat transaksi harian dan menilai kelayakan kredit berdasarkan aktivitas usaha bukan hanya dokumen formal.
Selain produk keuangan, pendampingan dan literasi finansial juga menjadi kunci agar sektor non-formal bisa naik kelas. Banyak pelaku usaha kecil yang sebenarnya punya potensi besar, tapi belum memahami cara mengelola keuangan usaha, memisahkan modal dengan pendapatan, atau menabung secara rutin. Melalui edukasi yang sederhana dan mudah dipahami, mereka bisa belajar cara menggunakan produk keuangan untuk memperkuat usaha dan merencanakan masa depan dengan lebih baik.
Ke depan, kolaborasi antara pemerintah, lembaga keuangan, dan penyedia layanan digital akan semakin penting. Dengan inovasi produk yang relevan dan edukasi yang berkelanjutan, sektor non-formal bisa lebih terhubung dengan sistem keuangan nasional. Bukan hanya membantu individu mencapai kesejahteraan, tapi juga memperkuat fondasi ekonomi Indonesia dari akar rumput.
Memperluas jaringan cabang ke semua pusat kota Indonesia
read moreMempererat hubungan baik dengan perushaan supplier alat produktif, salah satunya...
read moreMelaksanakan kegiatan peduli sesama melalui program CSR "Coorporate Social Resp...
read more